Senyummu hanya sebatas fatamorgana
Sekejap terlihat pada netra namun segera sirna
Ragamu berangsur aksa
Ragaku berangsur rengsa
Hadirmu hanya sebatas delusi
Tanpa adanya konsistensi
Memberi harap semu
Sungguh buatku rancu
Rindu yang terbelenggu renjana
Kian meletup-letup tak tertahan
Pikirku melayang kini teringat sebuah aksioma
Yang dulu terucap lirih oleh bibir disertai senyuman
Basirahku merapah akan takdir yang tak menentu
Ingin menyangkal apa yang telah terjadi
Candramawa kehidupanku
Mengharu biru dipenuhi filantropi
Pacitan, 17 Agustus 2020