Senin, 16 Maret 2020

PEMBANGUN ASA BANGSA


Oleh: Ika Saputri Ningsih

Bulan bersinar terang pada angkasa raya
Bintang pun tak mau kalah menampakkan senyum hangatnya
Angin malam berhembus membisikkan sukma  
Menambah merdu malam yang gelap gulita 

Lentera malam menemaninya meraih cita
 Pada masa depan yang diharapkan datang menjemputnya
 Tangan kurus telah terlatih bak baja
 Menyelesaikan pekerjaan yang belum terlaksana

 Esok telah datang bersama harapan
Anak orang telah berhamburan untuk meraih masa depan
 Ilmu telah tersampaikan
 Harap berguna tuk mengejar impian

Pahlawan tanpa tanda jasa 
Mengajarkan tentang aksara
Menggoreskan tinta pengetahuan pada kertas putih menjadi janjinya
 Membangun asa bagi generasi bangsa

Tak pernah terbayangkan betapa besar jasa mereka
 Setinggi gunung ataupun sedalam samudera
Tak terbalaskan dengan segenggam harta
Merekalah pembangun insan cendekia



Selasa, 10 Maret 2020

TELAH USAI

Oleh : Ika Saputri Ningsih

Malam terasa dingin menusuk kulit
Tak tertahan dengan raga yang sakit
Banyak hal yang terkait
Membawaku pada asa yang kian membukit

Raga ini mulai ringkih
Hati pun terasa letih
Dengan kaki yang tertatih
Ku coba hilangkan rasa perih

Gelas telah retak tak akan pernah utuh
Begitupun dengan hatiku yang rapuh
Bunga telah layu tak tersentuh
Harapanku kembali terjatuh

Daun-daun berguguran tak beralasan
Semuanya telah pergi tak tersisakan
Hanya tertinggal memori ingatan
Yang membawaku pada kenangan yang menyesakkan

Kata-kata menjadi ambigu
Hari-hari berliku tanpa temu
Tak di inginkan dan menjadi debu
Bertabur harapan tanpa jemu

Kaku dan tak tersentuh
Begitu dengan hati yang rapuh
Kesakitan dan terjatuh
Kala raga kian menjauh

Kembali ku tertawa meratapi diri
Tak ingin aku hidup saat ini
Dengan lara yang tak bertepi
Rasanya aku ingin mati

Tuhan telah menciptakan luka
Lewat seberkas kilatan mata
Aku ingin melupakan segalanya
Dan kembali tertawa bahagia

Telah usai segala rasa
Tak ingin ku mengulanginya
Menjadikan nyata adalah kecewa
Bahwa kita bukan takdir yang nyata tapi halu yang tersisa

Pacitan, 22 Februari 2020

Candramawa Kehidupan

  Senyummu hanya sebatas fatamorgana Sekejap terlihat pada netra namun segera sirna Ragamu berangsur aksa Ragaku berangsur rengsa ...