Oleh: Ika Saputri Ningsih
Baskara tak lagi menampakkan senyumnya
Bersama mendung menutupi pancarannya
Dan langit mulai menumpahkan air matanya
Mengguyur raga ini bersama air mata yang jatuh tertumpah
Kala melihat sosok raga yang tak lagi bernyawa
Kini berada di tanah yang gelap nan basah
Berselimut kafan putih seputih hatinya
Atmamu kini terbang menuju surga
Telah hilang segala macam pesakitan yang menyerang raga
dan sukma
Sudah saatnya kau bahagia dan tunggulah aku disana
Kala aku melihat
foto yang terpampang jelas di meja
Begitu juga aku teringat kenangan kita bersama
Kau memberikan kasih sayang tak pernah padam
Selalu memelukku penuh cinta di setiap malam
Tak pernah pedulikan akan ragamu yang mulai renta
Mengeluh dan meronta untuk beristirahat kala datang
temaram senja
Tetap memberikan senyuman menawan yang menenangkan kala
hatiku gelisah
Tak pernah mengeluh atau meneteskan air mata
Kau tetap menciumku penuh kehangatan
Kini siapa lagi yang akan memelukku erat
Tak pernah ada yang datang untuk menghibur hidupku yang
pekat
Tak pernah ada yang bisa menggantikan sosokmu dalam
hidupku yang tertutup sekat
Aku tak harus hidup berteman luka dan harus menerima apa
yang kulihat
Semoga kau tenang disana, disini tak akan ada lagi air
mata yang berjatuhan
Tak ada lagi harapan-harapan yang kusemogakan
Aku tersadar bahwa yang hidup pasti akan dimatikan
Akan ku coba mengikhlaskan, terus ku coba melanjutkan
hidupku yang terus berjalan
Terimakasih telah menemani hidupku walau sebentar Bunda..