Senin, 31 Agustus 2020

Candramawa Kehidupan

 

Senyummu hanya sebatas fatamorgana

Sekejap terlihat pada netra namun segera sirna

Ragamu berangsur aksa

Ragaku berangsur rengsa

 

Hadirmu hanya sebatas delusi

Tanpa adanya konsistensi

Memberi harap semu

Sungguh buatku rancu

 

Rindu yang terbelenggu renjana

Kian meletup-letup tak tertahan

Pikirku melayang kini teringat sebuah aksioma

Yang dulu terucap lirih oleh bibir disertai senyuman

 

Basirahku merapah akan takdir yang tak menentu

Ingin menyangkal apa yang telah terjadi

Candramawa kehidupanku

Mengharu biru dipenuhi filantropi

 

Pacitan, 17 Agustus 2020

 

Jumat, 19 Juni 2020

KAFAN YANG MENGAJARKAN KEIKHLASAN


Oleh: Ika Saputri Ningsih

Baskara tak lagi menampakkan senyumnya
Bersama mendung menutupi pancarannya
Dan langit mulai menumpahkan air matanya
Mengguyur raga ini bersama air mata yang jatuh tertumpah
Kala melihat sosok raga yang tak lagi bernyawa
Kini berada di tanah yang gelap nan basah
Berselimut kafan putih seputih hatinya
Atmamu kini terbang menuju surga
Telah hilang segala macam pesakitan yang menyerang raga dan sukma
Sudah saatnya kau bahagia dan tunggulah aku disana

Kala aku  melihat foto yang terpampang jelas di meja
Begitu juga aku teringat kenangan kita bersama
Kau memberikan kasih sayang tak pernah padam
Selalu memelukku penuh cinta di setiap malam
Tak pernah pedulikan akan ragamu yang mulai renta
Mengeluh dan meronta untuk beristirahat kala datang temaram senja
Tetap memberikan senyuman menawan yang menenangkan kala hatiku gelisah
Tak pernah mengeluh atau meneteskan air mata
Kau tetap menciumku penuh kehangatan

Kini siapa lagi yang akan memelukku erat
Tak pernah ada yang datang untuk menghibur hidupku yang pekat
Tak pernah ada yang bisa menggantikan sosokmu dalam hidupku yang tertutup sekat
Aku tak harus hidup berteman luka dan harus menerima apa yang kulihat
Semoga kau tenang disana, disini tak akan ada lagi air mata yang berjatuhan
Tak ada lagi harapan-harapan yang kusemogakan
Aku tersadar bahwa yang hidup pasti akan dimatikan
Akan ku coba mengikhlaskan, terus ku coba melanjutkan hidupku yang terus berjalan
Terimakasih telah menemani hidupku walau sebentar Bunda..

Senin, 01 Juni 2020

PAHLAWANKU

Panggilan terus terdengar tuk bergegas
Langkah kaki mengalun tak pedulikan alas
Raut wajah terlihat kokoh dan tegas
Tak ada rasa lelah tuk berkeluh kesah apalagi malas

Berbalut baju usang yang membungkus raga
Tangan keriput tak di hiraukan terus bekerja
Menyelami setiap usapan yang membekas mesra
Walau peluh bercucuran tak pernah ada air mata

Bapak menjadi sosok pahlawan tuk keluarga
Senantiasa berkorban demi sesuap nasi tuk hilangkan dahaga
Anak kenyang dan tertawa menjadi sumber kebahagiaannya 
Berjuang tuk anaknya terus meraih masa depan yang nyata

Ialah sosok pahlawan saat kini
Memiliki mata teduh yang menenangkan hati
Selalu tersimpan dalam memori
Penuh kasih sayang tanpa tepi

Seluas samudera yang membentang 
Segitu besarnya kasih sayang yang tertuang
Seindah bintang yang bersinar terang
Tak bosan tuk terus memberikan kasih sayang

Senin, 16 Maret 2020

PEMBANGUN ASA BANGSA


Oleh: Ika Saputri Ningsih

Bulan bersinar terang pada angkasa raya
Bintang pun tak mau kalah menampakkan senyum hangatnya
Angin malam berhembus membisikkan sukma  
Menambah merdu malam yang gelap gulita 

Lentera malam menemaninya meraih cita
 Pada masa depan yang diharapkan datang menjemputnya
 Tangan kurus telah terlatih bak baja
 Menyelesaikan pekerjaan yang belum terlaksana

 Esok telah datang bersama harapan
Anak orang telah berhamburan untuk meraih masa depan
 Ilmu telah tersampaikan
 Harap berguna tuk mengejar impian

Pahlawan tanpa tanda jasa 
Mengajarkan tentang aksara
Menggoreskan tinta pengetahuan pada kertas putih menjadi janjinya
 Membangun asa bagi generasi bangsa

Tak pernah terbayangkan betapa besar jasa mereka
 Setinggi gunung ataupun sedalam samudera
Tak terbalaskan dengan segenggam harta
Merekalah pembangun insan cendekia



Selasa, 10 Maret 2020

TELAH USAI

Oleh : Ika Saputri Ningsih

Malam terasa dingin menusuk kulit
Tak tertahan dengan raga yang sakit
Banyak hal yang terkait
Membawaku pada asa yang kian membukit

Raga ini mulai ringkih
Hati pun terasa letih
Dengan kaki yang tertatih
Ku coba hilangkan rasa perih

Gelas telah retak tak akan pernah utuh
Begitupun dengan hatiku yang rapuh
Bunga telah layu tak tersentuh
Harapanku kembali terjatuh

Daun-daun berguguran tak beralasan
Semuanya telah pergi tak tersisakan
Hanya tertinggal memori ingatan
Yang membawaku pada kenangan yang menyesakkan

Kata-kata menjadi ambigu
Hari-hari berliku tanpa temu
Tak di inginkan dan menjadi debu
Bertabur harapan tanpa jemu

Kaku dan tak tersentuh
Begitu dengan hati yang rapuh
Kesakitan dan terjatuh
Kala raga kian menjauh

Kembali ku tertawa meratapi diri
Tak ingin aku hidup saat ini
Dengan lara yang tak bertepi
Rasanya aku ingin mati

Tuhan telah menciptakan luka
Lewat seberkas kilatan mata
Aku ingin melupakan segalanya
Dan kembali tertawa bahagia

Telah usai segala rasa
Tak ingin ku mengulanginya
Menjadikan nyata adalah kecewa
Bahwa kita bukan takdir yang nyata tapi halu yang tersisa

Pacitan, 22 Februari 2020

Candramawa Kehidupan

  Senyummu hanya sebatas fatamorgana Sekejap terlihat pada netra namun segera sirna Ragamu berangsur aksa Ragaku berangsur rengsa ...